Categories
Tips

Cara menggunakan Flash Card, petunjuk bagi orang tua

1. Sebelum memulai belajar dan bermain kartu, kondisikan anak dalam keadaan senang dan santai. Jangan pernah mencoba untuk memaksa. Sebab, anak akan sulit untuk menerima materi apalagi menghafalnya.

2. Siapkan satu kelompok kartu yang diambil dari kelompok kosakata, misalnya kelompok “Part of the Body / Bagian – bagian Tubuh” (my body, head, ear, eye, nose, mouth, body, arm, dan leg).

3. Tunjukkan bagian depan kartu (yang berisi gambar dan kata dalam bahasa Inggris) kepada anak lebih kurang 2 – 4 detik. Bacakan teks bahasa Inggris sesuai lafal (cara membacanya) seperti tertera di bagian belakang kartu. Lalu, bacakan pula artinya agar anak paham.

4. Bacakan teks pada kartu dengan suara yang terdengar jelas dan bimbinglah agar anak mengikuti.

5. Lakukan secara berulang – ulang permainan kartu ini agar anak dapat menghafalnya dengan baik.

6. Idealnya, untuk satu kali permainan adalah satu kelompok suku kata dan dilakaukan secara konsisten.

Categories
Baca Tips

7 Rambu Membaca

Niatnya benar, ingin mengenalkan dan membiasakan anak cinta buku. Tapi jika caranya salah, maka kebiasaan membaca bisa membuat kesehatan mata balita rusak. Ini rambu-rambu membaca yang benar.

Tepat jika Anda ingin mengajarkan balita Anda membaca sejak dini. Dan jika akhirnya balita Anda senang membaca, biasakan pula dengan cara-cara membaca yang benar, agar kesehatan matanya tetap terjaga. Berikut 7 rambu membaca:

1. Sambil tiduran. Posisi ini mengundang risiko. Pertama, mata cepat lelah, sebab tangan mudah pegal sehingga posisi buku makin turun. Ini membuat jarak buku dengan mata semakin dekat. Saat berbaring, otot mata pun akan menarik bola mata ke arah bawah, sehingga bola mata tidak dalam kondisi relaks. Kedua, ketika berbaring, biasanya cahaya yang menerangi tulisan tidak maksimal.
Tip bagi orangtua: Biasakan anak membaca dalam posisi duduk tegak. Jika ingin membacakan dongeng sebelum tidur, tumpuk bantal sampai agak tinggi untuk Anda dan balita bersandar. Jangan dulu meredupkan lampu sebelum acara mendongeng tuntas.
2. Membaca di mobil. Balita akan mual dan pusing setelah beberapa menit membaca. Penyebabnya, mata baita terfokus pada tulisan di buku yang diam tidak bergerak. Padahal, telinga – yang menjadi pusat pendeteksi keseimbangan tubuh –  mengirimkan informasi bahwa balita sedang melakukan gerakan dan berpindah tempat. Informasi tak sejalan itu bisa membingungkan otak sehingga memicu keluhan pusing, mual dan pandangan berkunang-kunang.
Tip buat orangtua: Supaya balita supaya tidak rewel dalam perjalanan, lebih baik putar lagu favoritnya atau mengajaknya ngobrol. Menonton DVD di mobil sama berisikonya dengan membaca.

3. Di tempat gelap.
 Di ruangan gelap, mata harus mengatur fokus secara maksimal agar obyek terlihat jelas. Memfokuskan penglihatan pada huruf-huruf kecil akan membuat mata bekerja ‘mati-matian’, sehingga cepat lelah dan perih. Kekurangan cahaya juga mendorong balita untuk memegang buku lebih dekat ke matanya untuk memperjelas penglihatan. Kebiasaan itu bisa membuat matanya berisiko terkena rabun jauh atau myopi.
Tip bagi orangtua: Periksa kekuatan lampu utama dan lampu meja di ruang belajar atau ruang di tempat anak sering membaca. Untuk penerangan sehari-hari, bola lampu susu lebih baik daripada neon, sebab memiliki filter yang meredam cahaya silau. Untuk lampu duduk, pilih lampu berkekuatan 40-60 Watt.

4. Terlalu lama.
 Terlalu lama memfokuskan pandangan membuat otot mata bekerja berat dan berisiko menimbulkan perubahan pada fokus mata, sehingga berpotensi menimbulkan rabun jauh. Biasakan balita mengistirahatkan mata dengan memejamkan mata atau memandang ke arah lain yang jauh, setiap 30 menit sekali. Ingatkan juga untuk sering berkedip guna membersihkan dan mempertahankan kelembapan mata. Nasihat untuk sering melihat pemandangan hijau juga ada baiknya diterapkan setiap hari.
Tip bagi orangtua: Jangan senang dulu melihat balita tahan membaca buku berjam-jam. Pasalnya, bisa-bisa tak lama lagi dia harus berkacamata. Ajak ia beraktivitas fisik atau bermain musik sebagai selingan membaca.

5.  Terlalu dekat. Jarak antara buku dengan mata terlalu dekat akan mengurangi luas bidang pandang dan membuat mata bekerja lebih keras. Sebaliknya, jarak terlalu jauh membuat tulisan kurang jelas dan terlihat kabur. Jarak pandang ideal membaca adalah 30 cm dari mata.
Tip bagi orangtua: Karena terlalu antusias, balita sering menarik buku sedekat mungkin ke matanya. Ingatkan balita agar selalu menjaga jarak pandang yang aman.

6. Di bawah terik matahari.
 Sinar matahari yang terik akan menyilaukan dan membuat pantulan cahaya yang tidak nyaman dari buku ke mata. Paparan sinar ultraviolet berlebihan ke mata juga berpotensi merusak struktur anatomis organ penglihatan.

Cahaya lampu neon, layar televisi, komputer, dan sinar matahari adalah penghasil sinar biru, sinar yang bisa merusak mata. Meski tidak menyebabkan kebutaan total, tetapi bisa menimbulkan kelainan penglihatan, seperti luka atau bercak di retina mata.
Tip bagi orangtua: Membaca di tepi kolam renang? Boleh, tapi sebelum pukul 9.00 pagi atau setelah pukul 16.00 sore ketika sinar matahari tidak menyengat.

7. Sambil makan. 
Selagi makan, separuh aliran darah dari seluruh tubuh difokuskan ke perut untuk mencerna makanan. Itu sebabnya, membaca sambil makan akan mengurangi asupan zat gizi ke mata, dengan demikian bisa melemahkan otot mata. Akibat paling ekstrem, kegiatan membaca sembari makan bisa membuat pandangan balita agak kabur pada saat itu.
Tip bagi orangtua: Biasakan balita makan di meja makan bersama anggota keluarga lain. Makan sambil membaca atau menonton TV dan bermain akan membuat balita kurang menikmati makanan dan makan lebih lama dari seharusnya.
Yuk, ajarkan kebiasaan membaca yang benar pada balita Anda. {Sumber}
Categories
Tulis

Mengajar Anak Usia TK Menulis

AJARI ANAK MENULIS HURUF LEBIH KECIL

Jangan anggap sebelah mata pelajaran yang satu ini. Motorik halusnya terasah dan tulisan tangannya makin terbaca.

“Buat apa di zaman globalisasi begini anak masih dikasih pelajaran menulis halus? Mending diganti pelajaran lain, deh, seperti mengetik dengan komputer.” Begitu ketidaksetujuan yang kerap terdengar di kalangan orang tua. Mereka menganggap pelajaran menulis halus hanya buang-buang waktu. Toh, ada komputer yang bisa menghasilkan tulisan rapi.
Kendati begitu, grafolog Nungki Nilasari, S.Psi. mengingatkan pentingnya manfaat menulis halus. “Bukan sekadar mempercantik atau merapikan tulisan, lo, tapi juga melatih anak melakukan berbagai hal berikut:

– Menulis Cepat

Menulis halus untuk menghasilkan huruf yang saling bersambung dilakukan tanpa perlu mengangkat pensil. Ini berbeda dengan menulis balok yang mengharuskan anak acap kali mengangkat pensilnya. Proses menulis pun jadi lebih lambat, sementara anak juga lebih mudah lelah.

Kelak, jika terbiasa menulis halus, anak tetap bisa menulis cepat tanpa menghilangkan kerapian dan keindahan tulisannya. Tentu saja kerapian dan keindahan tulisan mustahil dicapai dalam waktu singkat. Jadi, butuh pelatihan kontinyu untuk mendapatkan hasil yang baik.
– Melatih Motorik Halus

Sebenarnya, latihan ini tak hanya didapat lewat menulis halus, tapi juga menulis balok. Namun biasanya dengan latihan menulis halus, anak cenderung memperhatikan patokan baku, yakni mengikuti patokan garis 5 atau 3. Contohnya, bulatan huruf “a” tidak boleh melebihi garis, begitu juga kaki dan tiangnya tidak boleh lebih panjang dari garis yang membatasinya. Demikian halnya dengan aturan menyambungnya yang mesti mengikuti kaidah tebal-tipis.
– Merangsang Kerja Otak

Dengan menulis halus, mau tidak mau anak mesti “memutar” otaknya untuk bekerja. Bagaimana dia harus membentuk huruf, menyambungnya, mengikuti garis yang ada, dan sebagainya. Dengan kata lain, otak tidak dibiarkan menganggur, tapi digunakan untuk kegiatan bermanfaat. Bukankah ini berarti menulis halus merupakan salah satu aktivitas yang bisa meningkatkan kecerdasan anak secara umum.

DAHULUKAN HURUF BALOK

Konsultan perkembangan anak di Parents Consulting Centre, Jakarta Selatan ini berpendapat, anak lebih baik diajarkan menulis huruf balok terlebih dulu. Bagaimanapun, memperkenalkan sesuatu pada anak harus dimulai dengan yang lebih mudah. Sementara huruf balok relatif lebih mudah dikuasai anak karena dalam menuliskannya tidak perlu disambung dengan huruf yang mengawali ataupun mengikutinya.

Yang juga penting untuk diingat, dengan menuliskan huruf balok, umumnya anak lebih mudah untuk melihat bentuk dan membacanya. Hal ini akan memicu anak untuk melakukannya lagi dan lagi yang akan kian memupuk rasa percaya diri anak. Berbeda benar bila hasil yang didapat tidak bisa langsung dinikmatinya berupa bentuk kriwil-kriwil saat ia menuliskan huruf sambung. Bukan tidak mungkin, lo, anak akan minder atau patah semangat saat ia merasa tidak mampu menuliskan huruf-huruf sambung tersebut. Atas dasar pertimbangan-pertimbangan itulah, umumnya menulis halus baru diajarkan kalau anak sudah mampu dan memahami huruf balok dengan baik. “Di sekolah biasanya huruf halus diajarkan di akhir semester kelas 1 atau awal kelas 2,” ujar Nungki.

Setelah mengerti penulisan huruf balok, barulah anak dikenalkan pada aktivitas menulis halus yang lebih kompleks dan lebih tinggi tingkat kesulitannya. Berbeda dengan huruf balok, saat menulis huruf sambung yang berlekak-lekuk, anak dituntut terampil menyambung huruf tersebut, baik dengan huruf yang mengawali maupun setelahnya.

“Ketika mengajarkan huruf halus,” lanjut Nungki pula, “beri contoh nyata di papan tulis karena anak usia ini masih membutuhkan sesuatu yang konkret.” Percuma saja dijelaskan panjang lebar jika tanpa disertai contoh karena anak tidak akan mengerti apa yang diucapkan guru. Jadi, jelaskan bagaimana bentuk masing-masing huruf, di mana ia harus menempatkan bulatan, tiang, atau kaki huruf pada setiap garis batas dan bagaimana pula cara menyambungnya. Jelaskan pula, bahwa huruf-huruf seperti itulah yang disebut huruf sambung.
Ketika pertama kali mengajari anak menulis halus, biasanya akan muncul banyak keluhan. “Wajarlah karena kemampuan motorik halus anak memang belum matang. Ia masih mengalami kesulitan untuk mematuhi batas-batas garis. Nah, agar anak tetap menunjukkan usaha memperbaikinya, guru maupun orang tua jangan sekali-kali menunjukkan sikap melecehkan, tapi beri dukungan dengan menyemangati dan membantu mengarahkannya.
AJARKAN BERTAHAP

Baik orang tua maupun guru, hendaknya memahami perbedaan kemampuan tiap anak yang memang sifatnya amat individual. Ada yang cepat daya tangkapnya, ada juga yang lambat. Ada yang tulisannya bagus dan enak dibaca, namun tak sedikit yang membentuk kriwil-kriwil yang sama sekali sulit dibaca. Dengan kata lain, “Jangan pernah membanding-bandingkan kemampuan anak yang tulisannya bagus dengan anak yang tulisannya jelek,” tandas Nungki. Berikut hal-hal teknis yang bisa disampaikan kepada anak:

Ajari anak memegang pensil secara benar menggunakan tiga jemari, yakni ujung ibu jari, ujung telunjuk, dan ujung jari tengah. Jepit pensil di antara ketiga jari tadi sambil menekannya agak kuat. Bila anak belum bisa memegangnya dengan sempurna, ajarkan dulu, jangan langsung memintanya menulis. Posisi memegang pensil yang benar akan membuatnya nyaman saat menulis.

Jelaskan pula posisi tubuh yang benar, yakni dengan duduk tegak namun tidak kaku, kertas tegak lurus dengan posisi meja dan jangan dimiringkan. Jarak antara mata dengan tulisan sekitar 30 cm, sementara salah satu tangan digunakan untuk menahan buku agar tidak bergeser.
Arahkan anak untuk membentuk huruf balok dulu, baru kemudian menuliskan huruf halusnya. Dengan begitu anak memiliki pembanding. Secara perlahan buatlah guratan, hingga anak dapat mengikuti arah guratan tersebut. Agar jelas, buatlah dalam ukuran besar lebih dulu. Lakukan berulang-ulang sampai anak bisa mengikutinya. Jangan berpindah huruf sebelum anak benar-benar memahami cara menuliskan masing-masing huruf.

Bisa juga mengajarkannya dengan menghubungkan titik-titik yang sudah berbentuk huruf.
Bila ada buku panduan, manfaatkan dengan meminta anak menjiplak masing-masing huruf.
Setelah anak memahami penulisan huruf demi huruf, mintalah untuk menyambungkannya. Misal, “a” disambung huruf “b”, “c” dengan “i”, “d” dengan “u”, dan seterusnya.
Kalau anak sudah menguasai cara penulisannya, mintalah untuk membuat kata-kata dan kalimat sederhana sambil mengajarkannya untuk lebih tertib menggunakan jarak antarkata maupun spasi antarbaris.

Jangan lupa, perhatikan kondisi anak saat menulis. Kalau ia tenang, maka biasanya ia dapat menulis dengan lancar. Bila bosan atau emosional, maka tulisannya akan terpengaruh.
FAKTOR PEMBEDA

Menurut Nungki ada beberapa faktor yang membuat kemampuan anak dalam menulis ini berbeda-beda. Di antaranya:

– Kontrol Tangan

Hal ini terkait dengan kemampuan motorik halus anak. Bila kemampuan motorik halusnya jelek, sangat mungkin ia tidak mampu menulis huruf dengan baik. Gangguan motorik halus yang masih dalam taraf normal, menurut Nungki bisa ditangani dengan latihan keterampilan yang lebih tekun, umpamanya dengan mengajarkan melipat kertas, menggunting, mengancingkan baju, menggambar, mewarnai, dan sebagainya. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat meningkatkan kemampuan anak mematangkan koordinasi gerak tangannya.
Sebaliknya, pada anak yang memiliki kemampuan kinestetik lebih, biasanya akan mampu menerima pelajaran menulis secara lebih cepat. Bukan tidak mungkin pula si anak berbakat dalam hal menulis indah/kaligrafi atau malah menjadi pelukis.

– Kemampuan Visualisasi

Kemampuan ini pun perlu dikuasai karena tidak sedikit anak mengalami kesulitan memvisualisasikan bentuk. Contohnya, ia selalu menuliskan huruf “o” seperti huruf “a”. Gangguan kemampuan ini disebabkan oleh ketimampuan anak mendeskripsikan masing-masing huruf. Misalnya, “o” itu mesti bulat, “i” harus lurus seperti tiang listrik, “p” berkepala, “m” berkaki tiga dan seterusnya.

Bila kesalahan semacam ini terjadi terus-menerus dan dalam jangka waktu lama, padahal sudah diajarkan berulang-ulang, guru dan orang tua harus curiga. Mungkin ada gangguan tertentu, seperti disleksia, di mana anak dengan gangguan ini tidak bisa membedakan huruf.
– Masalah Emosional

Mau tidak mau, kondisi emosional yang tidak stabil akan mempengaruhi kemampuan anak menulis. Bila di rumahnya selalu ada masalah, entah karena kekangan orang tuanya atau
karena keinginan-keinginannya yang tidak pernah terpenuhi, jangan terlalu berharap tulisan anak akan bagus. Sebuah penelitian di Jerman menyebutkan, anak yang sangat emosional karena banyak masalah umumnya akan menghasilkan tulisan berupa huruf-huruf yang mengecil dan kurang beraturan. Sebaliknya, mereka yang emosinya stabil konon tulisannya cenderung membesar dan lebih rapi.

Benarkah Cermin Kepribadian?

Menurut Nungki, memang ada korelasi antara tulisan yang rapi dengan kepribadian yang rapi teratur. Lewat grafologi atau ilmu “membaca” tulisan biasanya bisa terlihat mana orang yang termasuk berkepribadian rapi/teratur dan mana yang tidak. Setidaknya, dari situ tercermin standar kerapian seseorang, entah kerapian dalam berpakaian atau
kerapian secara umum.

Hanya saja, model tulisan anak usia SD belum menetap. Masih ada kemungkinan untuk berubah kelak berdasarkan pengaruh situasi emosi dalam dirinya. Selama di SD ia mungkin hanya mengikuti semua instruksi gurunya, dan kondisi emosionalnya juga relatif stabil. Tidak tertutup kemungkinan garis huruf yang tadinya tegas menjadi kurang tegas, yang semula mengalur halus menjadi berbelok-belok, dan

yang awalnya kecil menjadi besar-besar. Sementara setelah dewasa, anak memiliki kebebasan untuk menentukan sendiri model tulisannya, disamping pengaruh faktor emosional yang relatif kurang stabil dibanding usia anak. {Sumber}

Categories
Baca Tips

Cara Melatih Balita Membaca

Kegiatan membaca buku tak selalu berjalan mulus. Rentang perhatian anak usia ini masih pendek. Kadang-kadang sebelum cerita berakhir, dia bosan dan mulai jungkir balik. Jaga emosi Anda, jangan gusar kemudian enggan bercerita lagi.

Lakukan kiat berikut:

  1. Sabar. Mungkin anak bosan dengan posisinya. Perhatikan, apakah dia bergerak untuk memeragakan adegan-adegan dalam cerita yang bisa menandakan ia antusias. Bila dia benar-benar bosan, ditandai dengan diam saja, hentikan cerita dan lakukan kegiatan lain.
  2. Bacakan lagi dengan cara lebih menarik. Anak-anak yang aktif selalu sibuk ketika Anda membacakannya buku atau bercerita. Ada anak yang suka melihat halaman-halaman buku, kemudian beralih ke kegiatan lain. Mungkin kemudian dia akan kembali minta dibacakan.  Bacakan lagi dengan cara yang lebih menarik.
  3. Hindari memaksa anak duduk diam sampai cerita berakhir. Sesekali anak ingin bergerak, biarkan saja. Sementara anak bergerak, Anda berhenti bercerita. Setelah anak kembali tenang, lanjutkan cerita. Bisa juga, biarkan anak mendengarkan Anda sambil bermain boneka sebagai bagian dari kegiatan membaca.
  4. Jangan berasumsi anak suka ceritanya. Ada anak yang bisa tenang mendengarkan cerita sambil mewarnai gambar. Jangan anggap dia memerhatikan cerita, karena dia tidak melihat ke arah buku atau duduk di sebelah Anda untuk mendengarkan. Jangan lanjutkan membaca.  Anda harus mengondisikan anak untuk bersikap baik terhadap bacaan. Kalau anak tak berminat, hentikan dan ulangi lain kali.
  5. Sediakan kertas dan krayon sebelum membacakan cerita. Begitu anak bosan dengan bacaan, arahkan dia untuk mencoret-coret dan minta anak menceritakan coretannya.

Memupuk Keinginan Membaca

  • Bacakan buku apa saja yang diminta anak, meski itu buku yang sama setiap malam selama berminggu-minggu!
  • Baca atau bercerita secara perlahan supaya anak paham isi cerita.
  • Ekspresikan isi bacaan. Gunakan suara yang berbeda untuk setiap karakter, naikkan dan rendahkan suara sesuai konteks.
  • Gunakan boneka tangan atau boneka jari dan properti lain yang mendukung cerita.
  • Dorong anak bertepuk tangan dan menyanyi saat Anda membacakan bagian cerita yang berisi lagu.
  • Bahas bersama anak tentang ilustrasi buku cerita. Tunjuk gambar dan sebutkan namanya. Selanjutnya minta anak mengulang dan beri tepuk tangan bila dia bisa menceritakannya kembali dengan baik.
  • Lontarkan pertanyaan terbuka, misalnya “Kenapa ya, singa kok sembunyi di balik pohon? Kalau dia nggak sembunyi, apa yang terjadi?” Pertanyaan terbuka  mendorong anak berpikir tentang isi cerita dan bertanya.
  • Ganti nama tokoh cerita dengan nama anak.

Anak ingin terlibat dan terlihat pintar. Dorong dia memilih buku yang ingin dibacanya sendiri. Pertahankan minat anak terhadap buku dengan buku bergambar besar. Ajak membuatscrap book dilengkapi foto. Dorong anak membaca scrap book itu. {Sumber}

Categories
Baca Tips

8 Tips Mengajar Membaca Pada Anak dengan Cerebral Palsy

Anak dengan cerebral palsy, akan mengalami hambatan dalam berbagai fungsi tubuh, mulai dari keterampilan motorik sampai membaca.

Apabila Anda ingin mengajarkan cara membaca pada anak dengan cerebral palsy, ikuti langkah-langkah di bawah ini:

1. Lakukan latihan pernapasan sebelum mulai belajar, posisikan anak duduk tegak sehingga udara bisa masuk ke paru-parunya.

Tempatkan tangan Anda di perut atau di atas tulang rusuk anak. Pandu anak menghirup dan membuang udara dengan mengontraksikan otot-otot setiap kali bernapas.

Hal ini akan membantu anak lebih rileks dan tidak merasa gugup.

2. Saat melakukan teknik-teknik pernapasan ini, anjurkan anak untuk menutup matanya dan membayangkan sesuatu yang indah.

Hal ini juga akan membantu anak lebih rileks dan menjaga pikirannya terfokus.

3. Letakkan beberapa benda di depan anak dan ulangi nama-nama benda tersebut secara perlahan sehingga otak anak akan menerima dan mengingat nama-nama benda tersebut pada saat melihatnya di waktu yang lain.

Ulangi ini setidaknya empat kali secara perlahan.

4. Seiring dengan memperlihatkan objek tersebut, gunakan kata yang ditulis sehingga anak juga dapat mengidentifikasi tulisan dengan objeknya.

Untuk menambahkan stimulasi lebih ke otak anak, ucapkan kata-kata tersebut secara perlahan.

5. Gunakan kata-kata dan benda-benda yang dapat digunakan dalam kalimat jika memungkinkan.

Latihan pengulangan kata dan benda tersebut tidak dapat berlangsung dalam waktu semalam.  Anak umumnya akan mengingat beberapa dari kata dan benda dalam waktu setidaknya dua minggu.

6. Belilah buku yang Anda rasa mudah bagi anak. Jika tidak yakin apa yang cocok bagi anak, mintalah bantuan kepada petugas toko buku.

7. Ulangi langkah-langkah satu sampai lima. Dengan mengulangi langkah-langkah ini, Anda dapat menggabungkan kata-kata secara bersamaan untuk membentuk kalimat.

Bacakan buku perlahan-lahan kepada anak setiap hari selama minimal dua minggu. Lakukan satu buku pada suatu waktu.

8. Ulangi langkah ketujuh, tapi kali ini minta anak untuk mengulang kata-kata setelah Anda. Hal ini akan merangsang otak anak dan mendorong mereka untuk ingin membaca. {Sumber}